Assalamualaikum...
oke, sahabat-sahabat sekalian,, kali ini saya akan memberikan lanjutan contoh kontrak kuliah,, sebagaimana saya bahas sebelumnya.. kontrak kuliah itu bagian dari kuliah itu sendiri. Bagaimana mungkin bisa dekat dengan mahasiswa dan bisa ada deal yang nyaman dalam pengajaran jika ketika pertama mengajar yang ada dibenak hanyalah materi kuliah yang "saklek" dengan silabus atau SAP.
hehe mulai serius nih,, mohon maaf beberapa bulan belum bisa posting.. karena berbagai kesibukan..
lanjut lagi, kata Imam Ali Karamallahu Wajhah.. kita tidak perlu menjelaskan siapa kita, karena orang yang benci dia tidak mau mendengarkan kita. dan tidak perlu menjelaskan siapa diri kita, karena orang yang suka dia akan bisa memahami.. nah tu kan.. minimal jadi seorang tenaga pengajar, dosen atau guru ya kalau tidak disukai dosen atau gurunya ya.. pelajarannya..
oke ini contoh pedalaman materi kontrak perkuliahan
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar mahasiswa
sebagai orang dewasa, yaitu faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan,
pengarahan diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan motivasi.
|
Ciri kedewasaan adalah kebebasan atau ketidakterikatan dengan
orang lain. Dalam proses belajar, seorang dewasa cenderung berkeinginan untuk
menentukan apa yang ingin dipelajarinya serta membandingkan dan menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman belajar telah dimiliki
sebelumnya. Dengan demikian proses belajar orang dewasa lebih bersifat
demokratis. Selain itu, mahasiswa sebagai orang dewasa juga dapat menilai
kebenaran informasi yang mereka terima dari dosen. Dengan demikian pendekatan
mereka terhadap apa yang dipelajarinya dan mengarah pada pemecahan masalah.
Yang penting bagi mereka adalah bagaimana mengaplikasikan sesuatu dan bagaimana
memecahkan masalah, bukan sekedar pengetahuan dan teori-teori. Dengan demikian
mereka memerlukan contoh dan non contoh aplikasi pengetahuan dan teori dalam
kehidupan sehari-hari. Proses belajar mahasiswa perlu disesuaikan dengan faktor
kebebasan yang dimiliki orang dewasa, misalnya dengan membebaskan mahasiswa
untuk memilih tugas yang ingin dikerjakan, meminta mahasiswa untuk menulis opinion
paper sebagai pemecahan masalah atas suatu kasus.
|
Faktor Tanggung Jawab
Faktor
tanggung jawab membedakan sifat anak-anak dari sifat dewasa. Orang dewasa
bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat berdiri sendiri. Dalam hal
kedewasaan, mahasiswa dan dosennya sebenarnya sama dan sejajar. Perbedaannya
bahwa dosen memiliki pengetahuan/keterampilan tertentu yang belum dimiliki
mahasiswa.
Karena kesejajaran tersebut mahasiswa cenderung ingin
diperlakukan sebagai seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Mereka senang dianggap sebagai sahabat yang mengerti apa yang mereka lakukan.
Mereka membutuhkan dosen sebagai tempat bertanya jika mereka mengalami masalah
dalam melakukan kegiatannya. Dengan demikian, belajar bagi mahasiswa adalah
proses saling bertukar pendapat, bukan menunggu perintah/petunjuk. Kegiatan
diskusi, tanya jawab, tugas mandiri (penelitian kecil, review literatur), dan
ketentuan waktu yang jelas (deadlines) merupakan cara yang dapat
membantu membina rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap proses belajar.
|
Pengambilan Keputusan
Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan sistem nilai dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa ditentukan atau dipengaruhi oleh orang lain. Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk diri mereka.
Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan sistem nilai dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa ditentukan atau dipengaruhi oleh orang lain. Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk diri mereka.
Dikaitkan dengan proses belajar, mahasiswa tidak dapat
dipaksa untuk menerima kebenaran-kebenaran dari luar. Mahasiswa menentukan arah
perjalanan yang didapatnya, menghubungkan dengan kebutuhan dirinya dan
pengalamannya, dan menilai baik-buruknya. Maka dalam penyajian bahan pelajaran
kepada orang dewasa hendaklah dosen lebih mengutamakan pemberian informasi yang
relevan dan netral. Peran dosen dalam hal ini sebagai fasilitator yang membantu
mahasiswa dalam mengambil keputusan dan menyeleksi informasi yang diterima,
terutama dalam hal-hal baru.
Faktor Pengarahan Diri Sendiri
|
Ciri lain dari kedewasaan adalah orang dewasa mampu
mengarahkan diri sendiri, dan mereka mempunyai pandangan sendiri (way of
life). Ini berarti dalam proses belajar-mengajar, mahasiswa mampu untuk
berinisiatif dan berkreasi sendiri sesuai dengan pandangan yang dimilikinya.
Namun, walaupun mereka mampu mengarahkan diri sendiri, bukan berarti mereka
tidak memerlukan orang lain. Interaksi antara mahasiswa dalam proses belajar
adalah cukup tinggi, bahkan mungkin lebih tinggi dari interaksi dalam proses
belajar anak-anak.
Dengan mengenal mahasiswa secara mendalam, dosen dapat
memberi kesempatan pada mahasiswanya untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain.
Dengan demikian berdasarkan pengalaman pendidikan/kerja mereka, usia mereka,
keinginan-keinginan mereka, dosen dapat mengarahkan proses belajar mahasiswa.
Melalui cara ini dosen kemudian dapat menyesuaikan program dan memilih metode
yang tepat untuk mereka, misalnya metode diskusi kelompok, simulasi, atau studi
kasus, yang akan dapat mengakomodasi tingkat interaksi antar mahasiswa dan
faktor pengarahan diri dalam kelompok.
|
Faktor Psikologis
Dalam proses belajar orang dewasa, faktor psikologis
hendaknya diperhatikan. Perlu ada kesan bahwa mahasiswa diterima sebagai orang
dewasa yang mempunyai kebebasan berekspresi dan berkreasi dan dihargai sebagai
sahabat. Yang penting adalah dosen dan mahasiswa dapat menumbuhkan rasa saling
membutuhkan, bukan saling menggurui. Asas humanistik sangat penting dalam hal
ini.
Faktor Fisik
|
Mahasiswa dewasa membutuhkan situasi belajar yang lebih bebas.
Secara fisik ia membutuhkan tempat latihan yang tidak mengikat. Untuk itu semua
tempat dan perlengkapan perlu diatur agar :
1) memberikan kenyamanan,
2) menyenangkan,
3) bersifat santai tidak formal (bentuk tata
kelas yang klasikal kurang
tepat dibandingkan dengan tata kelas
bentuk huruf U),
4) pengaturan udara di ruangan yang baik,
5) penempatan alat dan media pengajaran yang
tepat.
Kondisi
fisik fasilitas (ruangan dan peralatan) juga harus dibarengi dengan kondisi
fisik mahasiswa dan dosen yang baik. Jumlah mahasiswa jangan terlalu banyak.
Jumlah yang ideal adalah antara 15-20 orang, karena memungkinkan untuk dialog
dan diskusi antara dosen dengan semua mahasiswa. Dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan praktis, jumlah kelas yang tidak terlalu besar memungkinkan
setiap mahasiswa mendapat kesempatan untuk menjalankan praktek.
Daya ingat orang
dewasa juga mempengaruhi proses belajar, terutama dalam hal menangkap/menerima
pelajaran baru, mengingat pengalaman dan pengetahuan yang sudah pernah didapat,
menghadirkan kembali yang lama dan menghubungkan dengan yang baru. Daya ingat
seseorang menurun jika usianya makin lanjut. Oleh sebab itu, dosen yang baik
tidak akan mengharuskan mahasiswa untuk menghafal bahan pelajaran yang
bertumpuk-tumpuk. Yang diperlukan oleh mahasiswa adalah pengertian dan
pemahaman terhadap materi yang dipelajarinya, bukan cuma sekedar menghafal
saja.
|
Faktor Motivasi
Perlu
diperhatikan bahwa motivasi orang dewasa untuk mengikuti pendidikan
berbeda-beda. Menurut Houle (1961), motivasi peserta pelatihan orang dewasa
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Pertama;
adalah mereka yang berorientasi pada tujuan (goal oriented), yaitu
mereka yang mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai sarana
untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya promosi atau naik pangkat, dan
lain-lain.
Kedua;
adalah mereka yang berorientasi pada kegiatan (social oriented), yaitu
mereka yang mementingkan interaksi antar sesama peserta dan proses belajar
sebagai tujuan belajar.
Ketiga;
adalah mereka yang berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri (learning
oriented) karena mereka senang belajar.
Dengan mengenal dan memahami faktor-faktor tersebut, maka program yang
akan disajikan dalam proses belajar hendaknya sudah memenuhi asumsi dasar
sebagai berikut :
1. Mahasiswa
sebagai orang dewasa mampu mengarahkan diri sendiri dalam belajar (self-directing).
2. Mahasiswa
sebagai orang dewasa mempunyai pengalaman hidup yang sangat kaya yang merupakan
sumber belajar yang berharga.
3. Mahasiswa
sebagai orang dewasa cenderung lebih berminat pada proses belajar mengajar yang
berhubungan dengan penyelesaian masalah dan tugas-tugas yang dihadapinya.
Aspek yang penting dalam ini adalah bahwa mahasiswa sebagai
orang dewasa bukan cuma ”passive recepient” atau penerima yang pasif,
namun lebih sebagai ”active actor” atau individu yang berperan aktif
dalam proses belajar mengajar.
|
Gaya Belajar Orang Dewasa
Mahasiswa
sebagai orang dewasa merupakan orang-orang yang sudah terbentuk. Mahasiswa
sudah dapat menilai program-program yang disajikan, dan juga menilai cara
penyajian program oleh dosen. Tidak jarang mahasiswa merasa bosan dan
kadang-kadang lesu, sebab bahan yang mereka terima tidak sesuai atau kurang
relevan dengan minat dan kebutuhan mereka. Padahal menurut penilaian dosen
bahan yang dipilih telah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
hehe,, maaf gambarnya anak-anak,, tapi antusias kan?....
Apabila
bahan yang disajikan memenuhi kebutuhan peserta dan disajikan dengan gaya yang
sesuai dengan gaya belajar mereka, maka mahasiswa akan dengan mudah menguasai
bahan tersebut dan dapat mempraktikkannya di masyarakat. Sebaliknya jika
penyampaian bahan tidak sesuai dengan gaya belajar peserta, maka tujuan
pengajaran akan sukar tercapai. Oleh sebab itu, seorang dosen perlu mengetahui
gaya belajar mahasiswanya, antara lain bahwa mereka tidak menyukai
hafalan-hafalan, mereka lebih mengutamakan pemecahan masalah dan hal-hal yang
praktis daripada yang teoritis. Kegiatan belajar yang berupa kuliah saja tidak
menarik bagi mahasiswa, mereka lebih senang terlibat dalam interaksi intelektual
dengan teman-temannya seperti dalam diskusi kelompok, latihan-latihan pemecahan
masalah yang praktis (studi kasus), observasi, dan penggunaan multi media dalam
pengajaran.
Tahap-tahap
belajar
Proses belajar mahasiswa sebagai orang dewasa biasanya
berlangsung melalui beberapa tahap sebagai berikut
a. kesadaran (awareness)
tahap pengenalan dan penjelasan tentang konsep dan materi
yang akan dipelajarinya.
b. pengetahuan/pemahaman
tahap penjelasan dan pemahaman terhadap konsep, teori,
prosedur dan prinsip-prinsip yang berlaku pada materi atau
keterampilan yang akan dipelajari.
c. keterampilan
tahap penguasaan suatu keterampilan dan uji coba
keterampilan tersebut melalui praktek dan latihan
d. penerapan keterampilan atau pengalaman
tahap penerapan pengetahuan dan keterampilan yang sudah
dikuasai pada masalah baru yang belum pernah diketahui
e.
sikap
tahap menentukan sikap berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimiliki. Perubahan sikap ini
tidak mungkin dicapai dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan waktu yang lama.
Pelaksanaan Perkuliahan
Betapa pun baiknya perencanaan perkuliahan yang telah dibuat,
sikap fleksibel tetap diperlukan, karena pada saat pelaksanaan perkuliahan
mungkin diperlukan perubahan dari rencana yang sudah ada.
|
Hal yang perlu diperhatikan oleh dosen dalam melaksanakan perkuliahan
adalah umpan balik (feedback). Umpan balik ini berguna bagi baik bagi mahasiswa
maupun bagi dosen untuk melanjutkan proses perkuliahan. Umpan balik dari dosen
merupakan cara untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa memperbaiki proses
belajarnya. Tidak adanya umpan balik dari dosen dapat menyebabkan mahasiswa
frustasi, bosan dan kehilangan arah. Mereka tidak tahu apa dan di mana
kesalahan mereka, tidak tahu apa kekurangan mereka, juga tidak tahu di mana
posisi mereka dibandingkan dengan sesama rekannya. Oleh sebab itu, umpan balik
ini penting sekali bagi mahasiswa untuk mencapai tujuan belajarnya
|
Umpan balik dari mahasiswa terhadap dosen berguna untuk
menyesuaikan proses perkuliahan berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan strategi
yang sesuai dengan tujuan belajar mahasiswa. Jika dosen tidak mengetahui
persepsi mahasiswa tentang proses perkuliahan yang dijalankan, dosen tidak akan mengerti apa dan
di mana kekurangan perkuliahannya. Umpan balik mahasiswa juga memberi
kesempatan kepada dosen untuk bersikap fleksibel terhadap kebutuhan mahasiswa
dan rencana perkuliahan yang dibuatnya.
|
Untuk mecapai hasil belajar yang optimal, orang dewasa belajar
dari berbagai sumber. Sumber belajar yang paling dianggap penting oleh orang
dewasa adalah teman, keluarga atau tetangga. Jadi strategi belajar orang dewasa
harus melibatkan interaksi dengan orang banyak. Setelah teman, yang dianggap
penting adalah pakar, tenaga ahli atau dosen. Setelah teman dan dosen, orang
dewasa menggunakan berbagai jenis buku, media cetak lainnya dan media noncetak.
Yang termasuk dalam media cetak adalah buku, modul, booklet, leaflet, chart,
foto, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam media noncetak adalah radio, kaset, OHP,
slide, film, video, televisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar